Senin, 19 Mei 2014

Filled Under:
, , , ,

UAN, SIAPA TAKUT?



Senin (19/5) hari ini mulai diselenggarakan Ujian Akhir Nasional untuk tingkat Sekolah Dasar (SD). Alif Abdurrahim kelas 6 SD Muhammadiyah 06 Dau termasuk yang mengikuti UAN tahun ini. Alif anak pertama dari penulis. Tahun 2002 terlahir, 12 tahun yang lalu. Ya, dia bersama tiga adiknya yang selama ini meramaikan suasana rumah tinggal kami.

Tak terasa penulis sudah punya yunior kelas 6 SD. Sering penulis berpesan padanya :”belajar biasa saja, tidak usah ngoyo dan memaksakan diri. Agar tidak cepet capek dan stress.” Demikian pesan –pesan yang sering terucap disaat selama ini nyaris tidak pernah sempat menemani, mendampingi saat belajar. Peringkat atau rangking prestasi tidak pernah penulis tekankan pada alif, hanya pesan untuk perhatian yang besar untuk tertib melakukan sholat.

Peringkat atau rangking yang tinggi di kelas tidak menjadi tugas utama bagi sekolah alif. Walaupun kadang itu disikapi yang sebaliknya oleh ibu nya alif. Kalau tidak termasuk rangking atau peringkat 5 besar, maka siap-siap mendapat teguran keras dari ibu nya. Karena ibunya relatif lebih banyak mendampingi anak-anak di rumah dalam belajar.

Kalau suatu saat pada semester tertentu alif mendapat peringkat 5 besar, maka kegembiraan, senyuman dan ucapan selamat kita limpahkan padanya. Seakan ibu nya merasa puas dengan upaya belajar selama ini. Bahkan kadang terkesan sejak kelas-kelas satu (awal) hasil pembelajaran lebih didominasi oleh hasil bantuan dari ibunya anak-anak. Terutama pekerjaan rumah (PR).
Di saat alif dan adik-adiknya mendapat peringkat 5 besar, maka penulis ikut juga merasa bangga dan memberikan ucapan selamat seraya berkata : “selamat, hebat, siapa dulu bapaknya???” ini adalah kebanggaan yang tanpa beralasan disaat selama ini nyaris tidak pernah menemani belajar.
Teringat 28 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1986 saat penulis kelas 6 SDN Siman 1 Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri. Beberapa bulan sebelum ujian akhir  “EBTANAS” istilahnya saat itu, bapak Muhammad Ihsan ayahnda penulis meninggal dunia pada usia 70 an tahun. Beliau mengakhiri hidupnya setelah beberapa waktu menderita sakit komplikasi. Jadilah penulis saat itu menghadapi persiapan ujian akhir SD dengan ayah yang sudah tiada. Ibunda yang tidak lulus sekolah dasar “hanya” bisa mendoakan dan memotivasi dengan ketulusannya.
UAN atau EBTANAS bagi penulis saat itu bisa dilalui dengan lancar. Bahkan mendapat nilai tertinggi bukan saja di satu sekolahan tapi nilai tertinggi se-kecamatan Kepung. Sebuah kebanggaan bukan hanya diterima dan dimiliki oleh penulis sekeluarga, namun dirasakan juga oleh sekolahan SDN Siman 1. Mungkin masa keemasan saat di SD. Meski harus dilalui penulis tanpa lampu listrik dan belum ditemani acara-acara TV. Lampu minyak tanah adalah teman setia di malam hari. Lampu petromak hanya sebatas jam 5 sore sampai jam 21.00 malam. Air sungai  sejauh 500 meter untuk kebutuhan sehari-hari.
Situasi dan kondisi yang terbatas fasilitas harus dilalui penulis, dengan capaian peringkat pertama hampir di setiap akhir semester dari kelas 1 sampai kelas 6 SD. Namun, hal itu tidak menjadi keharusan yang memaksa untuk generasi keturunan kita. Anak-anak menemui tantangan zamannya sendiri. Kita sebagai orang tua hanya bisa membantu mempersiapkan untuk menghadapi. Pesan penting untuk alif yunior : “alif, kami orang tua hanya bisa mengusahakan bantuan berupa kebutuhan fisik; pakaian, makanan, alat tulis, aksesoris dan doa. Tapi tidak bisa membantu saat soal-soal ujian siap di depanmu. Maka belajarlah dan siapkan sendiri jawaban soal-soal itu.”
Selamat belajar. Salam sukses UAN SD minggu ini. (makin)


















CP.0877.5961.0020/ 0852.3496.4872/ 0341-7076662_

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 makinuddin.com_CP.0852.3496.4872//0877.5961.0020.